ADOPSI LAYANAN PESAN ANTAR MAKANAN ONLINE PADA LAYANAN SIRKULASI PERPUSTAKAAN

 

Foto Penulis: Siti Nur Khalishah

A.    Pandemi, Adaptasi, dan Inovasi

Munculnya pandemi atau wabah penyakit Corona Virus Desease-19 (Covid-19) secara tiba-tiba seolah menciptakan perubahan besar bagi segala sisi kehidupan. Penyakit ini memiliki tingkat penularan yang tinggi disebabkan karena infeksi yang terjadi pada saluran pernafasan yang boleh jadi tanpa disertai gejala. Penularan ini dapat melalui percikan air dari mulut (droplet) yang dikeluarkan saat bernafas, batuk, bersin, dan berbicara. Droplet inilah yang kemudian menjadi sarana yang mengantarkan virus menginfeksi benda di sekitarnya (Susilawati & Dwinanda, 2020).

Selain itu, penularan Covid-19 dapat disebabkan karena adanya mobilitas masyarakat serta aktivitas yang melibatkan kontak secara langsung dengan orang yang terinfeksi (Hastuti, 2020). Oleh karena itu fenomena takut untuk beraktivitas di luar rumah dan waswas saat terpaksa melakukannya menjadi masalah yang hampir setiap orang merasakannya. Padahal ada banyak aktivitas yang sebelum adanya pandemi dilakukan seperti biasa. Contohnya: kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah maupun kampus, kegiatan jual beli di pasar, dan rekreasi ke tempat-tempat wisata. Namun sebagai upaya penanggulangan pandemi Covid-19, pemerintah memberlakukan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mengharuskan seluruh masyarakat beraktivitas dari rumah untuk meminimalisir kontak dengan orang lain (Pujaningsih & Sucitawathi P, 2020).

Tentu saja tidak semua aktivitas dapat dilakukan dari rumah. Misalnya: membeli bahan makanan, meminjam buku di perpustakaan, dan lain sebagainya. Hal ini membuat kita terpaksa pergi ke luar rumah dan bertemu orang lain. Namun, saat ini dengan kemajuan teknologi dan inovasi dari generasi Indonesia membuat hal yang sebelumnya mustahil menjadi sangat mungkin. Kini telah lahir suatu aplikasi ojek online penyedia layanan antar jemput sekaligus pesan-antar makanan yang memudahkan penggunanya dalam aktivitas di luar ruangan. Contohnya seperti aplikasi Gojek dan Grab. Dimana komponen yang terlibat secara langsung ialah pengemudi, pengguna (orang yang mengajukan permintaan layanan), dan penjual (pihak yang menyediakan makanan atau minuman) (Grab, 2021). Layanan ini memungkinkan pengguna melakukan pemesanan barang (makanan atau minuman) atau jasa dengan praktis. Pengemudi yang bertugas telah diwajibkan menerapkan protokol kesehatan (prokes) dan vaksinasi untuk mengurangi potensi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

Tidak hanya bagian logistik di rumah saja yang perlu untuk dipenuhi, tetapi juga kebutuhan akan sumber informasi dan referensi yang berupa buku. Buku merupakan hal yang krusial bagi beberapa pihak, seperti: siswa, mahasiswa, dan tenaga pendidik. Buku memiliki banyak hal yang sarat akan informasi yang berguna untuk memecahkan permasalahan. Umumnya buku dapat dijumpai dengan mudah dan tanpa biaya di perpustakaan. Namun, di masa pandemi ini adakah yang nekat datang ke perpustakaan?

Perpustakaan merupakan tempat di mana semua orang yang telah terdaftar sebagai anggota dapat mengaksesnya. Meski tanpa diketahui apakah seseorang yang datang sedang dalam kondisi tubuh yang baik atau tidak. Oleh karena itu, penulis merasa penting adanya cara baru untuk melayankan buku pada pemustaka. Penulis belajar dari fenomena yang sering dialami masyarakat sekitar saat memesan makanan dan minuman melalui aplikasi ojek online. Di mana saat seseorang hendak melakukan pemesanan, orang itu hanya perlu membuka aplikasi, kemudian memilih menu makanan atau minuman yang diinginkan. Setelah itu, pemesanan akan diproses oleh penjual dan diambil untuk diantarkan pada pemesan. Penulis menggagas ide berupa adanya layanan pesan-antar buku di perpustakaan untuk memudahkan pemustaka membaca buku dan memperoleh informasi yang dibutuhkan. Selain itu, tujuan dari penggasan ide ini adalah untuk mewujudkan perpustakaan ideal, yakni mempunyai salah satu dari empat poin penting; memiliki sistem akses yang efisien dalam pelayanan informasi (Ramadhanti, Yanda, & Yenti, 2020).

B.     Eksistensi Pesan-Antar Makanan di Masa Pandemi

Menurut data yang dihasilkan melalui survei online oleh Katadata Insight Center (KIC) pada 13-18 April 2021 yang bertujuan untuk melihat seberapa banyak masyarakat yang sudah memanfaatkan jasa pesan-antar makanan di daerah Jabodetabek pada rentang usia 18-29 tahun, sebanyak 82 persen dari 1.146 responden mengaku telah memanfaatkan jasa ini (Fundrika, 2021). Hal ini berarti bahwa teknologi dan penggunaan layanan pesan-antar makanan sudah tidak asing lagi. Menurut KIC berdasar hasil survei tersebut, penyebab utamanya adalah pandemi Covid-19.

Meskipun KIC telah menyimpulkan bahwa ramainya pengguna aplikasi penyedia layanan tersebut adalah pandemi Covid-19, tentu ada faktor lain yang membuat pengguna tidak kembali melakukan aktivitas secara konvensional lantas ‘meninggalkan’ layanan ini. Sebenarnya apa yang membuat kebanyakan masyarakat merasa nyaman dengan penggunaan layanan pesan-antar makanan ini? Ada beberapa faktor yang membuat pengguna merasa dimanjakan dengan hadirnya aplikasi penyedia layanan ini. Faktor ini berasal dari komponen yang terlibat secara langsung dalam aktivitas pelayanan pesan-antar makanan.

Diurutkan dengan komponen yang mengajukan permintaan, yakni pengguna. Sebagai pengguna, tentu saja memiliki wewenang yang besar untuk tidak ataupun tetap menggunakan apa yang digunakan. Faktor pertama yang melekat pada pengguna yakni niat menggunakan. Faktor ini menggambarkan bagaimana ekspektasi atau harapan yang dimiliki pengguna terhadap hasil dari layanan pesan-antar makanan. Jika semakin besar ekspektasi pengguna, maka niat untuk menggunakan layanan akan semakin tinggi (Lee, Sung, & Jeon, 2019). Faktor kedua yakni persepsi kemudahan penggunaan. Dengan adanya sarana di suatu tempat, misalnya tentu membuat orang di tempat itu merasa dimudahkan dan tidak perlu mengeluarkan banyak usaha untuk mencapai suatu kepuasan (Davis, 1989). Hal ini sama dengan pengguna pada aplikasi layanan pesan-antar makanan yang mana pengguna merasa dimudahkan dalam memesan makanan. Praktis, hanya dengan memilih menu makanan yang terdapat pada gawai di genggaman, sudah dapat menikmati makanan yang diinginkan.

Kemudian, komponen berikutnya yaitu pengemudi. Faktor yang melekat pada pengemudi atau pelaku ojek online ialah keamanan. Pihak penyedia layanan telah mewajibkan setiap pengemudi untuk selalu mematuhi prokes saat beroperasi dan melakukan vaksinasi sebelumnya. Selain itu, faktor harga juga erat dengan pengemudi. Harga jasa sekaligus makanan pada aplikasi penyedia layanan pesan-antar bahkan dapat lebih murah dibandingkan harga asli saat datang ke restoran secara langsung. Oleh karena itu, harga tentu saja termasuk pada faktor penyebab pengguna merasa nyaman menggunakan aplikasi ini (Prasetyo, et al., 2021).

Komponen terakhir ialah penjual atau penyedia barang (makanan dan minuman). Terdapat dua faktor penting yang melekat pada penjual, yakni kredibilitas restoran dan pengemasan yang aman. Kredibilitas restoran berkaitan dengan kualitas pelayanan dan barang yang disediakan. Hal ini sudah menjadi salah satu faktor utama yang diperhatikan saat memesan makanan. Jika kredibilitas tinggi, maka semakin banyak pengguna aplikasi yang tertarik untuk mengandalkan sistem pemesanan online (Han, Nguyen, & Lee, 2015). Selain itu, pengemasan yang aman juga merupakan faktor penting dalam penggunaan aplikasi. Pengemasan sebenarnya bagian—kecil namun krusial—dari kredibilitas restoran. Pandemi ini telah membuat banyak orang waswas bahkan meski sekedar untuk membeli sesuatu. Oleh sebab itu, pengemasan pada makanan penting untuk diperhatikan agar kebersihan dan kualitas makanan tetap terjaga serta terhindar dari bakteri maupun virus (Prasetyo, et al., 2021). Beberapa hal tersebut merupakan penyebab eksisnya layanan pesan-antar makanan—meski—di tengah pandemi.

C.    Kolaborasi Melahirkan Solusi

Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kolaborasi ialah bekerja sama untuk menghasilkan suatu gagasan atau ide dengan tujuan mencapai visi bersama. Kolaborasi dapat dilakukan untuk menghasilkan inovasi dan kreasi guna merealisasikan tujuan serta memecahkan masalah bersama (Koesnandar, 2021). Dengan kolaborasi, dua atau lebih pihak dapat memaksimalkan operasional dan potensi yang dimiliki.

Berdasarkan hal itu, penulis merasa tertarik untuk membahas dua lembaga yang sangat mungkin untuk berkolaborasi sehingga nantinya dapat dikaji lebih lanjut oleh pihak yang bersangkutan atau bahkan direalisasikan. Sebuah perpustakaan yang bergerak sebagai lembaga penyedia informasi atau koleksi berkolaborasi dengan aplikasi ojek online yang bergerak sebagai lembaga penyedia layanan pesan-antar makanan.

Kolaborasi ini berorientasi pada layanan sirkulasi (peminjaman dan pengembalian koleksi) perpustakaan yang semula pemustaka secara langsung mencari, memilih, mengambil, dan memroses peminjaman koleksi, menjadi pemustaka mencari dan memilih koleksi yang dibutuhkan melalui aplikasi ojek online yang terintegrasi dengan Online Public Access Catalogue (OPAC), pustakawan mengambil koleksi yang diminta, kemudian diproses oleh pengemudi untuk diantarkan ke tempat tinggal pemustaka yang jaraknya dapat dijangkau. Dengan cara seperti ini, perpustakaan dapat tetap melayankan koleksi kepada pemustaka serta pengemudi ojek online mendapat tambahan komisi dari jasa yang telah diberikan.

Di masa yang tak menentu ini, boleh jadi beberapa orang memilih untuk tidak menggunakan layanan pesan-antar makanan dalam waktu tertentu untuk meminimalisir pengeluaran. Akibatnya, pengemudi akan mendapat sedikit permintaan layanan atau bahkan tidak ada. Untuk mengantisipasi hal itu, layanan pesan-antar untuk buku perpustakaan dapat menjadi alternatif cara mendapatkan tambahan penghasilan. Dalam hal ini, sistem aplikasi penyedia layanan pesan-antar semestinya memberikan upah yang sepadan dengan jarak tempuh bagi pengemudi.

D.    Lahirnya Layanan Pesan-Antar Buku Perpustakaan di Masa Pandemi

Apabila rancangan ini direalisasikan, maka istilah “pesan-antar buku” juga ikut lahir. Jika aplikasi yang berkolaborasi dengan perpustakaan adalah Gojek, pelayanan makanan bernama GoFood dan pelayanan buku bernama GoBook. Jika aplikasi itu adalah Grab, saat pelayanan makanan bernama GrabFood, namun saat melayankan buku dapat bernama GrabBook atau istilah lain yang biasanya memudahkan pengguna untuk mengenalnya.

Masalah yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 ini dapat ditanggulangi dengan kolaborasi. Kolaborasi dapat melahirkan terobosan yang unik dan menarik, serta berguna untuk menyelesaikan permasalahan yang rumit. Perpustakaan dan layanan pesan-antar sebagai contohnya. Kedua hal ini ibarat jika dikolaborasikan dapat membentuk konsep yang sama dengan kegiatan ekonomi dasar (Putri, 2020). Dimana ada pihak yang bertindak sebagai produsen, distributor, dan konsumen. Produsen atau pihak yang memproduksi barang dan mengatur jalannya jasa ialah perpustakaan sebagai penyedia koleksi. Distributor atau pihak yang menyampaikan barang atau jasa kepada siapa pun yang menjadi kehendak bersama. Pelakunya ialah pengemudi ojek online. Sedangkan konsumen atau pihak yang menikmati hasil produksi dan jasa distribusi ialah pemustaka.

Sebagaimana mestinya, suatu kolaborasi harus menguntungkan semua pihak dengan seimbang atau setidaknya tidak saling merugikan. Maka kolaborasi ini memang dirancang untuk menguntungkan semua pihak. Keuntungan yang didapat oleh pengguna aplikasi atau pemustaka ialah rasa aman saat membutuhkan bahan bacaan dari perpustakaan dan efisiensi. Keuntungan yang didapat oleh pengemudi ialah tambahan pendapatan. Sedangkan keuntungan perpustakaan ialah tetap dapat melayankan informasi yang berupa koleksi.


Penulis: Siti Nur Khalishah Kader KMBY

1 Komentar

  1. No Deposit Bonus | Play OneCasino 11bet 11bet 메리트카지노 메리트카지노 카지노 카지노 8630patriots texans money line - Shootercasino.com

    BalasHapus