Perselingkuhan Elite Local: Kyai dan Blater dalam kontestasi Pemilu Bangkalan 2024



Berawal dari obrolan kecil yang tergelar di warung-warung kopi tentang wajah dan rupa-rupa politik Bangkalan saat ini. Akhirnya, Kami dan teman-teman sepakat untuk membahas isu-isu tematik itu secara lebih lanjut. 


Kegiatan semacam ini tentunya tidak hanya didasari dorongan atau hasrat politik dan kepentingan pragmatis semata. Tujuan yang lebih fundamental, adalah melakukan mimesis atau dialektika tentang persoalan Bangkalan yang hal itu kami anggap sebagai motif yang lebih esensial dari pada kepentingan partikular yang sifatnya aksiden. 


Kami menganggap menyediakan ruang diskusi semacam ini akan menjadi salah satu upaya untuk membangunkan kesadaran dan kuriousitas teman-teman mahasiswa Bangkalan secara khsus dan semua masyarakat Bangkalan dari berbagai hierarkis. 


Setelah melakukan pergumulan dan obrolan yang tidak terlalu panjang akhirnya disepakati untuk mengangkat tema perselingkuhan elite local: Kiyai dan Blater dalam kontestasi pemilu Bangkalan 2024. 


Tema ini kami pilih sebagai bagian kecil dari bentuk rasa ingin tahu kita terkait geopolitik yang terjadi di Bangkalan. Sebagai outsider sekaligus Insider tema ini dirasa tepat dan penting bagi kami sebagai obrolan awal untuk ikut terlibat aktif dalam mencari dan memberikan informasi yang sifatnya edukatif dan kritis.


Pada momen jelang pilkada ini kami mempunyai rasa keprihatinan yang sangat dalam melihat fenomena dan isu-isu yang sudah menjamur di masyarakat terkait pilkada yang akan datang. 


Kami merasa perihatin karena dua elit lokal Blater dan kiyai ini menjadi dua golongan, tentu dari golongan Kyai juga akan menajdi dua golongan, maka besar kemungkinan mereka akan saling selingkuh dan korbannya bukan hanya dari pihak mereka nantinya, akan tetapi juga berdampak kepada masyarakat kecil atau publik yang hanya ikut intruksi dari dua elit lokal itu. 


Seperti yang sudah Mafhum dua golongan di atas merupakan entitas besar yang telah dan akan menentukan arah politik maupun banyak dimensi lainnya. Ketika dua kekuatan atau entitas besar di atas bergabung dikhawatirkan menjadi sebab absenya patner kritis di Bangkalan. Leburnya dua kekuatan besar ini tentu akan menjadi pemicu dan angin segar bagi oligarki atau neo-oligarki. 


Perselingkuhan ini kami rasa juga akan kembali melahirkan produk pemimpin yang tidak jauh lebih dari pemimpin yang sebelumnya, atau justru malah lebih buruk. Akan muncul pemimpin yang bisa diatur oleh elit lokal dengan hukum amplop.


Melihat tokoh yang muncul saat ini jika diperhatikan mayoritas mereka adalah orang-orang terdekatnya mantan bupati pada priode 2003-2008. 2008-2013, tidak menutup kemungkinan bahwa mereka dalam mengikuti kontestasi yang akan datang juga melakukan atraksi dan pola kampanye norak yang tidak jauh dari masa itu, politik identitas, intimidasi dan money politik. 


Inilah yang membuat kami ragu dan belum bisa menyatakan sikap sampai saat ini, narasi ini kami bangun karena munculnya deklarasi tokoh Blater yang kita tahu pada deklarasi itu tidak dihadiri oleh semua tokoh, hanya saja mungkin ada yang mewakili dari beberapa kecamatan yang terdiri dari 18 kecamatan dari 273 Desa. 


Kehadiran semua kepala desa itu disinyakir bukan dengan tujuan ingin mendeklarasikan salah satu figur sebagai cabub. Karena info yang beredar di media awalnya acara itu hanya pertemuan bukber biasa yang diadakan oleh AKD Bangkalan dengan seluruh kepala desa.


Sementara itu, kami juga menarasikan pertemuan beberapa tokoh Blater dengan pejabat publik di suatu tempat dan dishare ke berbagai groub media, yang tentu itu sudah direncakan pula sebagai upaya mendeteksi partisipasi publik (Cek Ombak). 


Inilah yang membuat kami berasumsi bahwa itu adalah tidak lain dan tidak bukan adalah pertemuan terkhormat dalam mendiskusikan persiapan pilkada yang akan datang, hal ini kami anggap kuat meski tidak mendeklarasikan diri di media karena tokoh kedua ini sudah mulai tampak di publik, dengan semakin mendekatnya kepada tokoh² desa. 


Ketika beliau ditanya perihal kesediaannya maju dalam kontestasi pemilu oleh masyarakat, beliau menyatakan kesiapannya sebagai cawabub akan tetapi masih menunggu pasangannya antara si A dari Bani Cholil atau si B dari Tokoh Publik bercampur Blater. 


Kami menganggap ini data valid bahwa sudah ada dua tokoh yang sudah menyatakan sikap dan berani mendeklarasikan diri secara terang-terangan di media sosial, sementara satunya lagi masih pelan-pelan atau sembunyi sembari menarik banyak masa. Hanya saja mereka masih menunggu siapa yang akan meminang.


Menarik bagi publik untuk mengikuti dan menelusuri info ini lebih lanjut karena bagaimana pun juga mereka yang akan menentukan nasib Bangkalan kedepan seperti apa.(*) 


Rahman Mubarok, Magister Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

0 Komentar