Catatan Kecil untuk KMBY: Rumah bertukar Cerita

  


“Tak perlu menjadi Tunggal 

Apalagi memaksakan diri untuk tetap Tinggal

Sebab KMBY tak akan pernah Tanggal”



Seperti apapun komentar dan penilaian orang lain. Aku sangat bersyukur bisa menjadi bagian kecil dari KMBY: rumah menukar cerita dengan tawa, berbagi haha-hehe kehidupan, muara semua persoalan yang tak bisa ku daur ulang sendiri.


KMBY ibarat pelukan yang sabar bagi rindu anak-anaknya yang nakal. Ia selalu sedia dan terbuka menampung segala sampah anak-anaknya. Sebab tidak setiap kejadian harus diwadahi, tak semua masalah perlu disimpan, dibungkus rapi lalu diawetkan dalam kristal airmatamu. Sebagian perlu dibuang, dibersihkan dengan tempatnya sekalian.


Bahkan Ia tak jarang kuminta jadi tukang cuci, menyikat lumut cerita kotor hidup yang kualami, melumurinya dengan sabun terbaik dan dibilas memakai serbuk airmata. Agar aku kinclong kembali. Semangat menjalani hidup tanpa noda, tanpa gerah keringat lengket yang kusebut ia sebagai "masalah".


Soal keikhlasan, KMBY benar-benar seperti ibu yang sabar dan tabah. Dia rawat kepompong hingga menjadi kupu-kupu, meskipun dia paham bahwa setiap yang bersayap akan selalu terbang. Hampir selama tujuh semester KMBY benar-benar menjadi ibu yang mau direpotkan menjadi tempat pemulihan mental dan hal-hal yang sifatnya emosional. Entah sudah berapa generasi dan kader yang lahir dan tumbuh dari rahim KMBY. Semuanya memiliki pola yang sama timbul-tenggelam-datang dan pergi silih berganti. 


Dari setiap rangkaian peristiwa itu, seolah ia ingin memberiku satu nasehat agung "Jangan takut kehilangan, karena kita pasti akan kehilangan". 


Dan itu adalah sesuatu yang niscaya. Kehilangan sama pastinya dengan kematian, karenanya ia tak bisa dihindari tapi masih mungkin diperbaiki. Caranya? Sederhana: berikan yang terbaik untuknya. Itu saja.


Jika mau jujur aku pun, (sebagai anak ingusan) yang hidup di antara timbul dan tenggelammya generasi KMBY, pernah memiliki sahabat, guru dan keluarga yang aku takuti dan beratkan kepergiannya. Dan semua ketakutan itu terjadi, satu persatu mereka mulai pergi dan meninggalkanku, tapi tak masalah mereka sudah memberikan yang terbaik. Sebagai gantinya hadir generasi-generasi yang tak kalah baik dan menggemaskan hihi.


Dalam tiap hubungan, apapun bentuknya, mulai dari persahabatan, persaudaraan, bahkan jalinan kasih dengan seorang wanita, selalu ada batasan yang tak bisa ditembus: takdir waktu. Tak peduli sebesar apa cinta dan ketakutan yang dimiliki atau sayang yang dipunya, semua akan bersujud di kaki waktu: bila saatnya tiba, akan ada yang kehilangan, entah karena meninggalkan atau ditinggalkan. 


Fakta ini seakan mengajarkan pada kita bahwa, yang dimau oleh Ibu bernama KMBY bukan soal seberapa lama kita bersama, tapi seberapa banyak pemberian, penghargaan, dan kebaikan yang sudah dilakukan. Itu yang paling spesial.


"So, hidup ini ibarat film: yang terpenting bukan sebarapa panjang durasinya, tapi seberapa cantik alurnya."


Banyak sekali cerita untuk ibu yang bernama KMBY ini, rasanya tak akan cukup dikisahkan dalam tulisan, mungkin sesekali kita butuh 2 hari suntuk duduk-duduk bareng sambil minum kopi, teh, atau hanya sekedar air putih untuk membasahi tenggorokan yang kering karena kita sudah lelah bercerita, lelah tertawa, lelah mengenang banyak hal yang terlewati dengan begitu cepat yang mungkin terlewat untuk diceritakan sebelumnya.


Sebab mungkin ingatan kita terlalu pendek usianya, yang selalu harus dinyalakan dengan pertemuan-pertemuan agar tetap hangat dalam kenangan.


Meskipun kita tahu bahwa "semua ini akan cepat berlalu," tapi tak ada salahnya kan jika membawa kenangan berdansa dengan waktu, agar bisa merubah luka menjadi lupa dan tawa menjadi bahagia. 

Selamat mencoba untuk generasi baru KMBY! 



IbrahimTukang Kebun dan kuli Tinta di KMBY 

0 Komentar